Penulis: Nabila Ummu Anas
Muslimah News, KELUARGA — Orang tua tentu sangat menginginkan anak-anaknya berkeinginan kuat, bersungguh-sungguh, dan tidak mudah menyerah saat mereka berusaha meraih cita-citanya. Kita semua, termasuk anak-anak kita, tidak hidup di ruang hampa. Segala yang ada di dunia nyata dan maya beredar di sekitar kehidupan manusia hari ini. Tidak hanya ada, tetapi juga memengaruhi pola pikir dan pola sikap manusia dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat sekitar. Kehidupan sekuler kapitalistik pun berpengaruh besar terhadap pendidikan mental anak-anak sejak dini. Meraih hal yang diinginkan dengan menyontek, berbohong, atau mencuri, kadang masih dianggap wajar karena dilakukan oleh anak kecil. Anak yang malas beribadah, tidak mau diajak salat, tidak biasa menutup aurat, juga mendapat pemakluman dari orang tua dan lingkungan sekitar. Mager, sering menunda sesuatu yang harus segara dikerjakan, bad mood, ingin yang serba instan, semua ini senantiasa mewarnai kehidupan anak-anak hari ini. Keadaan ini harus menjadi warning bagi para orang tua. Ini karena, kondisi mental mereka hari ini akan menentukan kehidupannya pada masa yang akan datang. Tidak hanya untuk kehidupan mereka di dunia, tetapi juga kesiapan mereka menghadapi kehidupan setelah dunia ini.
Letakkan Fondasi yang Benar
Sejak dini, anak-anak harus diperkenalkan dengan akidah Islam. Orang tua harus dengan sabar mengenalkan rukun iman dan Islam kepada anak. Ini adalah fondasi yang harus ditanamkan dengan benar dan kukuh dalam diri anak, termasuk ketika anak mulai ingin punya cita-cita. Anak muslim harus mengetahui bahwa Tuhannya adalah Allah Swt., sehingga hidup di dunia ini adalah untuk beribadah menyembah-Nya. Mereka juga harus mengenal Muhammad saw. sebagai Nabi dan utusan Allah, sekaligus sosok teladan terbaik bagi seluruh manusia. Sejak dini, perkenalkan anak-anak dengan Al-Qur’an. Ajak mereka mendengarkan lantunan ayat-ayat Al-Qur’an. Ceritakan kepada mereka tentang para malaikat, surga, dan neraka. Rukun Islam pun sejak dini harus disampaikan kepada anak. Dengan demikian, anak-anak muslim akan mengetahui syahadatain, ibadah salat, cara berpuasa, kewajiban membayar zakat, dan kewajiban haji bagi muslim yang mampu. Tidak cukup anak bisa membaca, menulis, dan berhitung. Akan tetapi, perlu juga ditanamkan kepada anak-anak bahwa mereka harus memiliki cita-cita mulia untuk meninggikan agamanya dan membawa kebaikan dunia-akhirat bagi orang tua, dirinya, dan kaum muslim.
Man Jadda Wajada
Anak-anak muslim akan termotivasi menjadi baik karena dorongan akidah dan kecintaan kepada Islam. Apa pun cita-cita hidup anak, yang utama adalah menjadi pembela dan penjaga Islam. Mental pejuang ini harus tertanam sejak dini pada anak-anak muslim. Untuk meraih cita-cita mulia ini, anak-anak harus bersungguh-sungguh dan pantang menyerah. Beri motivasi pada anak-anak bahwa Allah akan memberi pahala yang besar atas kesungguhan mereka. Dengan demikian, anak-anak akan menetapkan cita-cita yang tidak salah dalam pandangan Islam, serta menempuh cara yang benar untuk mewujudkannya. Orang tua harus lebih banyak mengapresiasi setiap proses yang dilalui anak. Tidak melemahkan, melainkan selalu menguatkan dan memberi semangat. Ketika anak-anak belum berhasil, menghiburlah mereka. Sampaikan bahwa kebahagiaan orang tua bukan berdasarkan hasil yang diraih, tetapi dari kesungguhan dan kesabaran anak-anak dalam ikhtiarnya. Man jadda wajada. Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil. Pepatah Arab ini harus senantiasa membersamai anak-anak muslim.
Ceritakan tentang para Sahabat Nabi ﷺ
Orang tua bisa menceritakan kepada anak-anak tentang kehidupan para sahabat Nabi ﷺ. Para sahabat berkepribadian unggul dan mulia karena dorongan akidah Islam. Rasulullah saw. telah meletakkan fondasi akidah yang kukuh kepada para sahabat.
Kepada anak prabalig, orang tua bisa menyampaikan cerita tentang para sahabat berulang-ulang. Dengan demikian, anak-anak akan berkeinginan menjadi seperti Umar bin Khaththab, Khalid bin Walid, Asma binti Abu Bakar, dan sebagainya. Cerita keteguhan Bilal bin Rabbah, keberanian Hamzah bin Abdul Muthalib, kecerdasan ummul mukminin Aisyah binti Abu Bakar, serta masih banyak keutamaan orang-orang terdekat Nabi saw. bisa orang tua sampaikan kepada anak.
Sebaliknya, cerita kehidupan selebritas bukanlah konsumsi harian bagi anak-anak muslim. Orang tua tidak boleh mendiamkan atau malah bangga ketika anaknya mengidolakan artis Korea. Hal ini dapat memengaruhi mental dan gaya hidup anak kelak. Mental yang labil, gaya hidup hedonistik, menghalalkan segala cara hingga bunuh diri sebagai solusi, marak mewarnai kehidupan selebritas hari ini. Keluarga muslim tentu tidak menginginkan generasi seperti itu lahir dalam rumah mereka.
Pentingnya Doa dan Husnuzan Orang Tua
Setiap orang tua muslim pasti menginginkan anak-anak yang saleh dan salihah. Namun, orang tua juga harus menyadari, anak-anak yang saleh dan salihah tentu akan lahir dari orang tua yang saleh dan salihah pula. Tidak hanya berharap, orang tua juga tanpa kenal lelah harus mendoakan anak-anaknya agar mereka cenderung kepada kebenaran, istikamah, dan tidak mudah menyerah dalam kehidupan ini.
Husnuzan harus selalu dikedepankan ketika mendapati anak dengan berbagai permasalahannya. Jangan mudah memarahi dan menyalahkan anak terhadap hal yang terjadi pada diri mereka. Akan tetapi, yang lebih utama, orang tua harus berkomunikasi dengan bijaksana dan sabar kepada anak-anaknya. Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Nabi saw. bersabda bahwa Allah Swt. berfirman, “Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat sendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya dalam kumpulan yang lebih baik daripada itu (kumpulan Malaikat).” (HR Bukhari dan Muslim). Wallahualam. [MNews/YG]
source
Tulisan ini berasal dari website lain. Sumber tulisan kami sertakan di bawah artikel ini.
Comment here