Pendidikan Anak

Mengajari Anak Bersilaturahmi

Penulis: Dr. Rahmah Qomariyah

Muslimah News, KELUARGA — Alhamdulillah, kita masih diberi kesempatan bertemu Ramadan dan Idulfitri tahun ini. Secara tradisi, umat Islam di Indonesia merayakan Idulfitri dengan berbagai kemeriahan dan sukacita. Mayoritas orang menyambutnya dengan menyiapkan semua yang serba baru, seperti pakaian, perhiasan, mukena, sarung, peci, motor, mobil, dll. Berbagai kegiatan pertemuan diadakan pada libur Idulfitri. Ada pertemuan keluarga, pertemuan alumni, pertemuan teman sekampung, dll. Bahkan, ada yang melangsungkan pernikahan saat Idulfitri. Momen ini sekaligus dijadikan pertemuan teman lama dan silaturahmi keluarga besar. Pertemuan-pertemuan tersebut, baik melibatkan kerabat maupun tidak, biasa disebut oleh masyarakat sebagai silaturahmi.

Menurut Imam An-Nawawi rahimahulLâh, silaturahmi adalah berbuat baik kepada kerabat sesuai keadaan orang yang hendak menghubungkan dan keadaan orang yang hendak dihubungkan. Perbuatan baik yang dilakukan kadang berupa kebaikan dalam hal harta. Kadang dengan memberi bantuan tenaga. Kadang dengan mengunjungi, memberi salam, dan cara lainnya. (Imam Nawawi, Syarh Shahih Muslim, II/201).

Allah Swt. mewajibkan menyambung tali silaturahmi dengan keluarga yang masih ada hubungan nasab, baik yang mendapatkan waris atau tidak, juga yang mahram maupun bukan. Mereka adalah ibu dan kakek-nenek dari ibu ke atas, bapak dan kakek-nenek dari bapak ke atas, dan anak, serta cucu ke bawah. Ada juga saudara, baik laki-laki maupun perempun seayah, seibu, atau seayah-ibu. Termasuk juga paman/bibi (saudara bapak dan ibu), saudara kakek, baik dari bapak maupun dari ibu, keponakan, dan sepupu (anak saudara ibu atau saudara bapak). Inilah orang-orang yang mempunyai hubungan nasab/rahim. (Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, An-Nizhâm al-Ijtimâ’i fî al-Islam, hlm. 190–191).

Adapun terhadap kerabat dari suami atau istri, yakni para ipar, tidak memiliki hubungan rahim ataupun nasab. Dengan demikian, silaturahmi hanya kepada kerabat atau orang-orang yang mempunyai hubungan nasab. Tidak termasuk kepada ipar, apalagi yang lain.

Sekarang, tradisi silaturahmi sudah mulai bergeser. Ada keluarga yang mencukupkan bersilaturahmi dengan keluarga melalui telepon, WhatsApp, Telegram, dan media sosial lainnya. Ada pula yang mengganti acara silaturahmi dengan datang ke tempat-tempat rekreasi/wisata. Pengelola pariwisata pun berlomba-lomba menawarkan keindahan dan destinasi tempat wisata.

Mengajari anak Bersilaturahmi

Silaturahmi untuk bertemu dengan kerabat yang banyak memang tidak harus dilakukan saat Idulfitri. Akan tetapi, karena kesibukan masing-masing keluarga dan jarak antara keluarga satu dengan lainnya jauh, maka waktu silaturahmi yang sangat memungkinkan adalah saat libur Idulfitri.

Ada hal-hal yang perlu dilakukan para orang tua. Pertama, mengajak dan mengajari anak bersilaturahmi. Sekalipun sebagian masyarakat masih melakukannya, para orang tua kadang melakukan silaturahmi sekadar tradisi dan tidak mengajari anak bahwa itu kewajiban. Masih banyak orang tua yang bersilaturahmi sendiri tanpa mengajak anak dan memperkenalkan kerabat yang wajib dijalin silaturahmi. Berikut ini adalah hadis yang berkaitan dengan kewajiban silaturahmi.

Pernah ada seseorang berkata kepada Nabi saw., “Wahai Rasulullah, beritahu aku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka.” Nabi saw. bersabda, “Sungguh, ia telah diberi taufik atau sungguh ia telah diberi hidayah. Apa tadi yang engkau katakan?” Kemudian, orang itu pun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi saw. bersabda, “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan Dia dengan sesuatu pun, menegakkan salat, membayar zakat, dan menyambung silaturahmi.” Setelah orang itu pergi, Nabi saw. berkata, “Jika ia melaksanakan apa yang aku perintahkan tadi, pastilah ia masuk surga.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Ajaklah anak mengunjungi kerabat. Kenalkan posisi kerabat tersebut. Misalnya bahwa ini adalah saudaranya kakek, sepupu dari ibu, dan lain-lain. Bagi keluarga yang rumahnya jauh dan tidak memungkinkan untuk dikunjungi, baik karena biaya maupun faktor lainnya, ajak anak silaturahmi dengan cara komunikasi via telepon atau media sosial. Jadi bukan sejak awal sengaja tidak berkunjung untuk silaturahmi. Bahkan justru berkunjung ke tempat wisata atau silaturahmi diganti melalui telepon/media sosial.

Kedua, larangan keras memutuskan tali silaturahmi. Ajari anak tentang keharusan silaturahmi dan larangan keras memutuskannya. Kadang anak setelah dewasa menuruti keinginan-keinginannya dan bertengkar dengan orang tuanya atau kerabatnya sampai tidak mau memaafkan kesalahannya. Selanjutnya mereka tidak saling menyapa atau memutuskan tali silaturahmi.

Ajari anak cara berbakti kepada orang tua dan bergaul dengan kerabat. Ajari juga saling menghormati, membahagiakan, dan saling memaafkan. Selain itu, anak juga harus dijauhkan dari sifat tercela, yaitu iri, dendam, dengki, atau membicarakan kejelekan kerabat yang lain. Dengan demikian, anak senantiasa memperlihatkan akhlak mulia dan jauh dari perpecahan persaudaraan.

Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah akan masuk surga orang yang suka memutus (tali silaturahmi).” (HR Muslim).

“Orang yang menyambung silaturahmi itu bukanlah yang menyambung hubungan yang sudah terjalin. Akan tetapi, orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin kembali hubungan kekerabatan yang pernah terputus.(HR Al-Bukhari).

Ketiga, ajari anak berbuat baik dan menghormati kerabat. Saat ada kerabat yang bertamu ke rumah kita, ajarilah anak untuk menyambutnya dengan wajah gembira, tidak pamer harta benda, dan mengajak bicara dengan menyenangkan. Sebaliknya, jangan menyudutkan, menyindir, dan menghinanya. Ajarilah anak-anak untuk menhormati tamu, melayaninya, dan menyiapkan hidangan. Jika kerabat butuh bermalam, kita wajib menerima, melayani, serta menjamu mereka sebaik mungkin dan semampu kita. Lakukan penghormatan ini selama tiga hari. Allah Swt. berfirman,

“Berilah keluarga-keluarga yang dekat haknya, juga orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan.” (QS Al-Isra’ [17]: 26).

Makna ayat di atas menurut Ibnu Abbas adalah memberikan kepada keluarga-keluarga yang dekat haknya, yaitu bersilaturahmi kepada kerabat dan berbuat baik kepada mereka. Demikian pula kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dengan memuliakan kepada mereka/para tamu yang bermalam selama tiga hari. (Ibnu Abbas, Tanwîr Miqbas, hlm. 235).

Keempat, memberi hadiah dan memperhatikan kerukunan. Jika mereka miskin, bisa diberi zakat atau sedekah. Namun syaratnya, mereka bukan orang yang nafkahnya dalam tanggungannya. Jika mereka mampu, bisa diberi hadiah. Sambil bersilaturahmi, ajarilah anak kita memberikannya. Salah satu kemuliaan ajaran Islam adalah sunah memberikan hadiah kepada orang lain. Hal ini akan melembutkan hati, menimbulkan rasa cinta dan kasih sayang, serta menghilangkan perasaan yang dapat merusak persaudaraan, seperti hasad, dengki, dendam, dan iri. Rasulullah saw. bersabda,

“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR Al-Bukhari).

Kelima, sebagai sarana dakwah, wajib silaturahmi, baik kepada kerabat yang muslim maupun yang nonmuslim. Tentu bukan berarti mengedepankan silaturahmi, akhirnya toleransi kebablasan. Bukan pula demi menjaga kerukunan/tali silaturami, lalu tidak mendakwahi mereka karena khawatir terjadi perpecahan. Akan tetapi, tetap wajib mendakwahi mereka dengan lemah lembut. Untuk yang nonmuslim didakwahi agar masuk Islam. Ini tidak melibatkan anak, sebelum ia dewasa.

Ajarilah anak-anak kita untuk berdakwah kepada kerabat yang muslim agar mereka makin bertakwa dan masuk Islam secara kâfah. Selanjutnya, dakwah ini bisa disambung dengan pertemuan-pertemuan  yang lain. Bangun juga komunikasi via media sosial untuk saling mengingatkan agar tetap istikamah di jalan yang benar dan sabar. Allah Swt. berfirman,

“Mereka saling menasihati supaya menaati kebenaran dan menetapi kesabaran.” (QS Al-‘Ashr [103]: 3).

Wallahualam. [MNews/YG]

Sumber: alwaie[dot]net


source
Tulisan ini berasal dari website lain. Sumber tulisan kami sertakan di bawah artikel ini.

About Author

Comment here