Penulis: Ummu Nashir N.S.
Muslimah News, KELUARGA — Setiap orang beriman pasti mengharapkan surga sebagai tempat yang kekal untuk kembali. Tidak hanya sendiri, tetapi ingin berkumpul kembali kelak di surga bersama seluruh anggota keluarga. Seorang suami ingin selalu bersama istri dan anak-anaknya, baik di dunia dan juga di akhirat kelak bersama di surga-Nya, demikian pula sebaliknya.
Tentu saja harapan ini tidak terjadi dengan serta-merta. Akan tetapi setiap pasutri dan keluarga muslim harus berusaha keras mewujudkannya. Walaupun saat ini kita belum bisa merasakan surga, tetapi Allah Swt. telah menggambarkan kondisi kehidupan di tempat mulia itu. Surga tempat kembalinya orang-orang beriman yang di dalamnya penuh kenikmatan hakiki.
Janji Allah bagi Orang-Orang Beriman
Allah Swt. pun telah menjelaskan bahwa kelak di akhirat, setiap orang tua akan bersama-sama dengan anak dan keturunannya di dalam surga-Nya. Allah Swt. berfirman, “Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS At-Tur: 21).
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, Allah Swt. menceritakan tentang karunia, pemberian, dan kebaikan-Nya kepada makhluk-Nya. Orang-orang mukmin itu apabila anak cucu mereka mengikuti mereka dalam hal keimanan, maka anak cucu mereka itu akan diikutkan kepada mereka dalam kedudukan yang sama, sekalipun anak cucu mereka masih belum mencapai tingkatan amal seperti mereka. Dengan demikian, hati dan pandangan para ayah merasa sejuk dengan berkumpulnya mereka bersama anak-anak mereka sehingga mereka dapat bergabung bersama-sama dalam keadaan yang sebaik-baiknya dari segala segi. Allah telah melenyapkan kekurangan dari amal dan menggantinya dengan amal yang sempurna, tanpa mengurangi amal dan kedudukan yang sempurna, mengingat adanya kesamaan di antara mereka.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Amr ibnu Murrah, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah benar-benar mengangkat anak cucu orang mukmin menjadi sederajat dengannya, sekalipun amal mereka berada di bawahnya agar dengan keberadaan mereka bersama buah hatinya menjadi senang. Kemudian Ibnu Abbas membacakan ayat ini (Ath-Thur: 21). Menurut Al-Qurthubi, bisa jadi kesalehan seseorang berkat kesalehan kakek buyutnya. Itulah mengapa Ibnu al-Musayyib berkata kepada anaknya, “Sungguh aku akan menambah panjang salatku demi dirimu, dengan harapan aku dijaga, begitu juga dirimu.”
Dari Ibnu Abbas, Nabi saw. menyebutkan, “Apabila seseorang masuk surga, maka ia ditanyai tentang kedua orang tuanya, istrinya, dan anak-anaknya. Maka dikatakan, ‘Sesungguhnya mereka masih belum dapat mencapai derajatmu.‘ Maka ia berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah beramal untuk diriku dan juga untuk mereka.” Maka diperintahkan agar mereka dihubungkan (digabungkan) bersamanya.“ Setelah itu Ibnu Abbas ra. membaca firman-Nya, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan,” (Ath-Thur: 21), hingga akhir ayat.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan ayat ini, “Orang-orang yang anak cucunya beriman, lalu mengerjakan amal ketaatan kepada-Ku, maka Aku akan menghubungkan keturunan mereka dengan mereka di dalam surga, begitu pula anak-anak kecil mereka.”
Dari beberapa penjelasan tafsir dan hadis Rasulullah saw. tersebut, tampak jelas bahwa tidak hanya di dunia, keberkahan ibadah orang tua juga sampai pada akhirat anaknya. Di akhirat kelak, kesalehan orang tua dapat menaikkan derajat surga anak-anak mereka. Akan tetapi kesalehan orang tua tidak serta-merta menjadi jaminan bagi kebahagiaan anaknya tanpa syarat. Jika seorang anak melakukan dosa, ia juga bisa saja masuk ke neraka terlebih dahulu. Di dalam Al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibnu ‘Asyur disebutkan, pemilihan lafaz أَلْحَقْنَا yang berarti “kami pertemukan mereka”, adalah untuk menunjukkan pemahaman bahwa bisa jadi anak-anaknya dimasukan terlebih dahulu ke neraka untuk membersihkan dosa-dosanya, lalu barulah dimasukan ke surga yang sederajat dengan orang tuanya. Inilah karunia Allah Swt. bagi orang-orang yang beriman.
Keluarga Muslim Harus Berusaha Meraih Surga
Surga tidak bisa dicapai dengan serta-merta, tetapi diperlukan berbagai upaya dan kerja keras. Tentu saja seluruhnya harus ditempuh sesuai aturan yang dikehendaki oleh Sang Maha Pembuat Hukum dan tidak boleh menyalahinya. Dengan tegas Allah Swt. memerintahkan para orang tua, terutama suami, untuk menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. Ini sebagaimana firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim: 6).
Orang tua tentu berperan sangat penting dalam membawa keluarganya kepada surga Allah dan menghindarkan keluarganya dari ganasnya api neraka. Keduanya juga harus menjadikan keluarga sebagai taman surga bagi seluruh anggota keluarganya. Apa yang bisa kita lakukan agar dapat meraih surga-Nya bersama keluarga?
1. Mencintai Allah di atas segalanya dan berusaha memeliharanya.
Keluarga muslim yang mencintai Allah di atas segalanya akan patuh dan tunduk terhadap apa yang dikehendaki oleh Zat yang dicintainya. Cinta kita kepada Allah sesungguhnya bukan sekadar ungkapan verbal, tetapi harus dibuktikan dengan sikap dan perilaku. Hal ini harus terus kita tumbuh suburkan dalam diri seluruh anggota keluarga. Dengan demikian, keluarga akan menjadi tempat yang istimewa bagi seluruh anggota keluarga.
Kecintaan yang utuh kepada Allah Swt. akan menjadikan Allah sebagai tempat bersandar keluarga muslim. Ini artinya, menjadikan syariat Islam sebagai panduan dan solusi seluruh permasalahan yang terjadi dalam kehidupan berkeluarga. Halal dan haram akan dijadikan landasan, bukan hawa nafsu. Di sinilah pentingnya semua anggota keluarga, terlebih orang tua untuk menguatkan pemahaman tentang syariat Islam dan berupaya semaksimal mungkin menjalankannya sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Dalam perjalanan rumah tangga, perbedaan pendapat dan perselisihan dapat saja terjadi di antara anggota keluarga. Namun dengan menjadikan syariat Islam yang sempurna dan tidak lekang oleh waktu sebagai pijakan berkeluarga, semua itu akan bisa diatasi. Dengan demikian, keberkahan dan ketentraman akan senantiasa tercurah bagi keluarga kita. Selanjutnya, kita dan pasangan, serta seluruh anak-anak kita akan sampai kepada pelabuhan terakhir, yaitu surga-Nya.
2. Menjadikan kehidupan akhirat sebagi orientasi hidup keluarga.
Dari Zaid bin Tsabit ra., Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia, kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barang siapa yang tujuan hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR Ahmad).
Dari hadis ini, ada tiga kerugian yang akan didapatkan oleh orang yang menjadikan dunia sebagai orientasi hidupnya. Sebaliknya, ada tiga keuntungan bagi orang yang menjadikan akhirat sebagai orientasi hidupnya dengan tidak meninggalkan dunia. Tentu kita harus berusaha menjadikan kehidupan akhirat sebagai orientasi hidup sehingga akan mendapatkan tiga keuntungan tersebut. Pertama, akan dipermudah setiap urusannya agar berhasil dan dijauhkan dari kegagalan. Kedua, diberikan rasa cukup (kaya) dalam hatinya sehingga selalu bersyukur. Ketiga, baginya diberikan kecukupan dalam hidup. Harta (dunia) justru akan selalu mengejarnya (mendekat). (Lihat: QS Asy-Syura: 20). Sudah seharusnya setiap keluarga muslim selalu menjadikan akhirat sebagai orientasi hidupnya sehinggasurga bisa diraih. Insyaallah.
3. Membina diri dan keluarga dengan tsaqafah Islam.
Dalam kondisi apa pun, menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi kaum muslim. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari buku-buku tentang Islam ataupun menghadiri majelis-majelis ilmu. Aktivitas-aktivitas ini bisa dilakukan untuk meningkatkan pemahaman Islam anggota keluarga. Oleh karenanya, penting untuk membina diri dan keluarga dengan tsaqafah Islam sehingga bisa menjadikan syariat Islam sebagai standar kehidupan. Sebagai pemimpin keluarga, seorang suami atau ayah berkewajiban mendidik istri dan anak-anaknya sehingga seluruh anggota keluarga terjaga dari api neraka. Demikian juga seorang istri atau ibu, selain berperan sebagai pendamping suami, ia juga berperan sebagai pengasuh dan pendidik utama bagi anak-anaknya.
Apalagi jika aktivitas ini dilakukan bersama keluarga tentu akan makin menyenangkan. Kita pun bisa mendapatkan pemahaman Islam lebih banyak dengan berdiskusi bersama anggota keluarga sehingga semua makin paham Islam. Dengan mengikuti kajian rutin, orang tua akan makin mudah menguatkan pemahaman Islam kepada anak-anaknya. Bahkan mengikuti kajian rutin bersama bisa menjadi ajang membina dan menjalin kedekatan di antara anggota keluarga. Ini akan dapat diimplementasikan dalam keluarga, termasuk jika ada anggota keluarga yang melanggar syariat, akan lebih mudah diluruskan dan dinasehati.
4. Memberi teladan baik kepada anak.
Orang tua adalah figur yang diteladani oleh anak-anaknya, baik ucapan maupun perbuatannya sehari-hari. Jika orang tua saleh, taat menjalankan syariat, dan dekat dengan Allah Swt., niscaya anak-anak akan mencontoh keduanya karena melihat akhlak dan kebiasaan yang baik dari keduanya. Orang tua yang saleh akan dapat membentuk anak-anak yang saleh pula. Hal ini dapat diawali dengan menanamkan akidah yang benar dan menjadikan kecintaan tertinggi hanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Orang tua juga harus memperkenalkan syariat Islam dan mendidik anak untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, mereka senantiasa menjadikan syariat Islam sebagai pijakan dalam melangkah di mana pun mereka berada.
Orang tua yang saleh akan mampu membersamai dan membimbing buah hatinya agar cinta terhadap Islam dan mau menjalankan syariat-Nya dengan penuh ketaatan. Akhirnya, anak-anak akan menjadi anak-anak yang saleh juga. Tidak hanya orang tua yang akan bisa membawa anak-anaknya ke surga, begitu pula sebaliknya. Tentu kita semua sangat ingin agar seluruh anggota keluarga kita bisa berkumpul bersama di surga-Nya pada yaumil akhir kelak.
5. Saling mendoakan.
Sudah seharusnya kita selalu mendoakan pasangan dan anak-anak kita dalam setiap kesempatan, terutama pada waktu-waktu mustajab. Terlebih ketika kita sedang ditimpa kesulitan, musibah, kegundahan, dan kegelisahan. Mohonlah agar Allah menghilangkan semuanya dan memberikan segala yang terbaik untuk keluarga kita.
Kekuatan doa istri merupakan senjata terbesar dan terampuh dalam setiap langkah dan usaha suami. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya doa yang segera dikabulkan adalah doa seorang istri kepada suaminya yang tidak berada di tempat yang sama atau saling berjauhan.” (HR Tirmidzi).
Tidak ada tempat bagi kita untuk memohon pertolongan dan ampunan, kecuali hanya kepada Allah Taala. Pasangan dan anak-anak kita sesungguhnya adalah milik Allah Taala. Dia yang menggenggam hati mereka. Semoga Allah menjadikan keluarga kita selalu taat kepada-Nya, selalu melindungi pasangan dan anak-anak kita, memberikan penyelesaian terbaik untuk setiap kesulitan yang kita hadapi, serta melapangkan rezeki bagi keluarga kita. Semoga Allah memudahkan bahtera kita berlabuh menuju surga-Nya. Amin. [MNews/YG]
source
Tulisan ini berasal dari website lain. Sumber tulisan kami sertakan di bawah artikel ini.
Comment here