Keluarga

Keluarga Muslim Harus Terus Beramal Saleh Selepas Ramadan

Penulis: Ummu Nashir N.S.

Muslimah News, KELUARGA — Alhamdulillah, saat ini kita telah selesai melaksanakan ibadah saum Ramadan. Ya, Ramadan yang penuh keberkahan, limpahan pahala, dan keutamaan sudah berlalu. Sekarang kita memasuki Syawal. Mari keluarga muslim, lanjutkan seluruh amal kebaikan yang sudah kita lakukan saat Ramadan lalu pada Syawal dan seterusnya. Awali dengan menjalankan saum Syawal selama enam hari untuk melengkapi agar kita mendapat pahala puasa setahun lamanya. Semoga Allah Swt. menerima ibadah puasa kita dan mengampuni dosa-dosa kita. Aamiin yaa Mujiib as saailiin.

Tentu saja kita dan keluarga tidak ingin menjadi orang-orang yang celaka karena tidak mendapatkan ampunan dari Allah selama Ramadan. Ini sebagaimana doa yang diucapkan malaikat Jibril ‘alaihissalam dan diamini oleh Rasulullah saw., “Celakalah seorang hamba yang mendapati Ramadan, kemudian Ramadan berlalu dalam keadaan dosa-dosanya belum diampuni oleh Allah Taala.”

Selama sebulan kita melatih diri, menahan lapar dan dahaga, meninggalkan segala kemaksiatan, memperbanyak ibadah kepada Allah, dengan harapan agar mendapat nilai dan derajat muttaqin, yakni orang bertakwa. Ramadan baru saja berlalu, apa yang tertinggal pada diri dan keluarga kita? Masih adakah jejak kebaikan pada diri kita setelah keluar dari gemblengan madrasah Ramadan? Bagaimana upaya kita tetap istikamah agar Ramadan selalu hadir sepanjang tahun? Semoga keluarga kita istikamah dalam ketaatan sampai akhir hayat.

Syawal, Momen Mengawali Keistikamahan Beramal Saleh

Rasulullah saw. telah menjadikan Syawal yang mengiringi Ramadan sebagai momen tepat untuk mengawali penjagaan keistikamahan beramal saleh selepas Ramadan. Dengan bimbingan wahyu dari Allah Swt., Rasulullah telah mensyariatkan saum enam hari pada Syawal. Beliau menjelaskan keutamaan dan ganjarannya. Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari ra., bahwa Rasulullah saw. bersabda,

“Barang siapa berpuasa Ramadan, lalu diikuti dengan puasa enam hari pada Syawal, adalah (puasanya itu) seperti puasa sepanjang tahun.” (HR Muslim).

Puasa sunah sebanyak enam hari saat Syawal setelah puasa fardu saat Ramadan diibaratkan seperti berpuasa sepanjang tahun. Ini berdasarkan perkiraan bahwa setiap kebajikan itu dibalas hingga sepuluh kali lipat. Ini diperkuatkan dengan sebuah hadis riwayat Tsauban, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Berpuasa sebulan (saat Ramadan disamakan) dengan sepuluh bulan berpuasa dan berpuasa enam hari selepasnya (saat Syawal disamakan) dengan dua bulan berpuasa. Dengan demikian (jika digabungkan menjadi) genap setahun.” (HR Imam Al-Darimi).

Orang tua berperan besar mengajak keluarganya melanjutkan amal kebaikan yang telah biasa dilakukan saat Ramadan. Orang tua bisa memulai dan menjadi teladan bagi anak-anaknya untuk melakukan saum sunah Syawal.

Imam Bisyr bin al-Harits al-Hafi pernah ditanya tentang orang-orang yang (hanya) rajin dan sungguh-sungguh beribadah saat Ramadan. Kemudian beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang sangat buruk, (karena) tidak mengenal hak Allah, kecuali hanya saat Ramadan. Hamba Allah yang saleh adalah orang yang rajin dan sungguh-sungguh beribadah setahun penuh.”

Orang saleh adalah yang selalu taat kepada Allah secara totalitas, bukan hanya pada waktu dan tempat tertentu. Kita justru harus lebih saleh selepas Ramadan untuk mengumpulkan pahala sebanyak mungkin. Ini karena pahalanya tidak dilipatgandakan sebanyak saat Ramadan. Jadi, apa yang harus keluarga muslim lakukan agar bisa beramal saleh sepanjang tahun?

Keluarga Muslim Harus Istikamah Beramal Saleh Selepas Ramadan

Setiap muslim tentu berharap agar rahmat Allah selalu tercurah kepada keluarganya. Ini akan terwujud jika kita selalu menjaga ketaatan kepada Allah Taala. Oleh karena itu, kita harus tetap istikamah beribadah dan beramal saleh selepas Ramadan. Makna istikamah yang sesungguhnya adalah terus-menerus beramal saleh. Jika istikamah, kita termasuk orang beruntung. Namun jika meninggalkannya, kita termasuk orang merugi. Semoga Allah selalu memberikan hidayah sehingga kita istikamah menaati syariat-Nya.

Allah Swt. telah mengingatkan kita dalam firman-Nya, Janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi tercerai-berai kembali. Kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat menipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain.”  (QS An-Nahl: 92).

Dapat dibayangkan betapa buruk sikap dan tindakan seseorang yang telah bersusah-payah memintal benang hingga sempurna, lalu ia kembali membongkar dan merusaknya. Tentu kita harus menjaga diri dan keluarga dari hal-hal yang demikian. Jadi, apa yang harus kita lakukan?

1. Menguatkan azam dan membuat rencana untuk diri dan keluarga.

Bulan lainnya memang tidak sama dengan Ramadan. Oleh karenanya, kita dituntut menguatkan azam untuk kembali meluruskan niat. Sebelumnya, kita telah menyusun rencana matang kegiatan selama Ramadan bersama keluarga. Kini kita pun harus menyusun rencana serupa selepas Ramadan. Bicarakan hal ini bersama pasangan dan anak-anak.

Selanjutnya, kita harus berusaha mengimplementasikannya dalam keseharian. Jika kita sudah terbiasa salat tahajud setiap malam, lanjutkan. Jika saat Ramadan kita selalu membaca Al-Qur’an setiap selesai salat, bahkan tadarus di masjid, lakukan terus di luar Ramadan. Kita juga bisa tadarus bersama anak-anak setelah salat subuh atau magrib, misalnya. Demikian pula kebiasaan salat berjemaah di masjid bisa dilanjutkan, dan sebagainya. Allah menyukai ibadah yang kecil, tetapi konsisten dilakukan.

2. Menjaga salat berjemaah.

Jika salat sunah tarawih tidak ketinggalan dikerjakan berjemaah di masjid saat Ramadan, salat wajib berjemaah tentu lebih penting dijaga dan ditingkatkan. Ini karena amalan wajib harus diutamakan daripada amalan sunah. Apalagi salat merupakan cahaya dalam kehidupan dunia, di alam  kubur, dan ketika kelak melewati shirath. Salat adalah berkah dalam harta dan keluarga. Apabila salat seseorang baik, akan baik pula amalan lainnya. Oleh karena itu, salat lima waktu jangan disia-siakan. Kerjakan secara berjemaah di masjid sebagaimana biasa dilakukan saat Ramadan.

3. Makin giat menuntut ilmu dan menghadiri majlis ilmu bersama keluarga.

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Ini bisa dilakukan dengan membaca buku-buku islami atau menghadiri majelis ilmu. Tingkatkan terus ilmu dan pemahaman Islam kita. Ini tidak hanya sebagai pegangan dalam melangkah, tapi juga menjadi bekal kita untuk mendidik anak-anak. Dengan demikian, mereka akan menjadi anak-anak yang saleh dan salihah.

Terlebih bagi keluarga pengemban dakwah, tentu harus terus meningkatkan kualitas diri. Caranya dengan memperkaya tsaqofah dan kemampuan berdakwah. Menghafal Al-Qur’an dan hadis, menghadiri majelis ilmu, serta berdiskusi juga bagian dari aktivitas yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas kita sebagai pengemban dakwah. Lakukan ini bersama keluarga sehingga semua bisa mendapatkan pemahaman lebih banyak. Orang tua pun akan makin mudah menguatkan pemahaman anak-anak. Momen ini juga bisa menjadi ajang pembinaan dan menjalin kedekatan di antara anggota keluarga.

4. Memperbanyak saum dan ibadah sunah lainnya.

Selama sebulan penuh kita telah menjalankan saum Ramadan. Tentu sangat disayangkan jika tidak kita lanjutkan selepas Ramadan. Banyak juga saum sunah lainnya yang bisa kita tunaikan. Mulailah saum Syawal bersama keluarga. Kita juga bisa melakukan saum tiga hari pada pertengahan bulan, saum setiap Senin-Kamis, atau saum Daud. Di antara keutamaannya disebutkan dalam sabda Nabi saw., “Maukah kutunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, ….” (HR Tirmizi). Dalam hadis ini, puasa dikatakan sebagai perisai bagi seorang muslim, baik di dunia, maupun di akhirat. Di dunia, puasa sebagai perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat. Sedangkan di akhirat nanti, puasa menjadi perisai dari api neraka.

Keutaman lain dari puasa sunah terdapat dalam hadis Qudsi berikut, Allah Swt. berfirman, Senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya. Jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR Bukhari).

5. Memperbanyak amalan sunah lainnya, seperti zikir dan sedekah.

Kita juga bisa mengajak anak-anak untuk menjaga amalan sunah lainnya yang sudah biasa dilakukan saat Ramadan, seperti banyak berzikir dan bersedekah. Dengan demikian, kita terlindungi dari keburukan dan mendapatkan pahala yang besar. Ini juga akan makin mendekatkan dan meningkatkan ketaatan kita kepada Allah Taala.

Ajak anggota keluarga membiasakan diri menyisihkan sebagian harta, baik dalam keadaan lapang, maupun sempit. Juga membiasakan membaca zikir pagi dan petang, zikir sebelum tidur, zikir keluar rumah, dan sebagainya. Manfaatkan waktu senggang di sela aktivitas dengan memperbanyak zikir kepada Allah Taala.

6. Terus berjuang menyampaikan dakwah Islam.

Saat Ramadan, umumnya tingkat ghirah beragama umat muslim meninggi sehingga lebih mudah diajak mengkaji Islam. Tentu saja kesempatan ini jangan kita lewatkan. Selepas Ramadan, biasanya ghirah ini masih melekat. Inilah saat yang tepat untuk mengajak umat kembali ke jalan Allah dan memuliakan agama-Nya.

Sadarkan umat tentang permasalahan besar yang dialami kaum muslim kini, yaitu tidak diterapkannya syariat Islam secara kafah. Selain itu, umat muslim juga tidak memiliki junnah atauperisai, yaitu Khilafah. Mewujudkannya kembali menjadi agenda penting kita kini.

Kita juga harus menyeru manusia ke jalan Islam, menentang kebijakan penguasa yang bertentangan dengan syariat, serta mengajak keluarga dan umat untuk makin giat beramar makruf nahi mungkar. Apalagi kini kemungkaran makin merajalela di sekitar kita. Aktivitas penting ini harus makin digiatkan.

Khatimah

Tidak salah jika Ramadan diibaratkan sebagai madrasah untuk melatih diri menjadi pribadi beriman. Dengan demikian, termotivasi melakukan beragam ibadah dan amal kebaikan yang sesungguhnya pada sebelas bulan berikutnya. Alumninya diharapkan dapat mempertahankan, bahkan meningkatkan berbagai ibadah yang telah dijalaninya selama sebulan penuh.

Ramadan memang telah berlalu. Namun jangan biarkan ia berlalu tanpa makna. Masih banyak ladang pahala yang menunggu kita selepas Ramadan. Amal ibadah yang disyariatkan di dalamnya tidak putus dengan berakhirnya bulan tersebut. Keluarga muslim harus terus beramal saleh dan menguatkan ketaatan kepada Allah. Mohonlah agar berbagai amalan kita selama Ramadan diterima-Nya. Semoga Allah Swt. menjaga keluarga kita agar selalu menaati syariat-Nya. Amin. Wallahualam bissawab. [MNews/YG]


source
Tulisan ini berasal dari website lain. Sumber tulisan kami sertakan di bawah artikel ini.

About Author

Comment here