Penulis: Ummu Nashir N.S.
Muslimah News, KELUARGA — Islam sungguh sempurna mengatur kehidupan umat manusia. Tidak ada satu pun aktivitas manusia yang Islam tidak mengaturnya. Demikian pula aktivitas perempuan, Islam telah mengaturnya sedemikian rinci sebagaimana berbagai aturan lainnya. Selain berkedudukan sebagai seorang hamba Allah yang mengemban berbagai kewajiban individual sebagaimana laki-laki, seorang perempuan dalam keluarga juga berperan sebagai istri, ibu, atau anak. Tugas utama seorang istri adalah ummun wa rabbatul bait, yakni sebagai ibu dan pengelola rumah suaminya.
Secara syariat, perempuan dipilih Allah untuk menjadi pemimpin dalam rumah suaminya dan memimpin anak-anaknya. Ini sebagaimana hadis Rasulullah saw., “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang perempuan memimpin rumah suaminya dan anak-anaknya. Ia akan ditanya tentang kepemimpinannya.“ (HR Bukhari)
Islam telah memberikan aturan khusus kepada kaum perempuan untuk mengemban tanggung jawab sebagai ibu, sekaligus pengelola rumah suaminya. Dijelaskan pula dalam masyru’ ad-dustuur tentang hal ini, bahwa Al-ashlu fil mar’ati annahaa ummun wa rabbatul bayti. Wa hiya ‘irdhun an yushona. Hukum asal seorang perempuan adalah ibu dan pengatur rumah suaminya. Dan ia merupakan kehormatan yang wajib dijaga. Sungguh luar biasa Islam memberikan posisi yang sangat mulia bagi seorang perempuan. Sudah seharusnya kaum perempuan berbahagia dengan posisi dan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah Taala ini.
Peran Utama Perempuan, Ibu dan Pengelola Rumah Suaminya
Syarak telah mengatur sedemikian rupa agar misi keluarga dapat dijalankan dengan baik. Dimulai sebelum pernikahan, syarak sudah mewanti-wanti agar memilih pasangan yang subur, penyayang, dan memiliki pemahaman Islam yang mumpuni. Ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Nikahilah wanita-wanita yang penuh kasih sayang lagi subur (banyak anak), karena sungguh aku akan menyaingi umat-umat yang lain dengan bilangan kalian pada hari kiamat kelak.” (HR Ahmad).
Rasulullah saw. juga bersabda, “Janganlah kalian menikahi perempuan karena kecantikannya, karena kecantikannya itu akan menjadikannya berlebihan. Jangan pula kalian menikahi perempuan karena hartanya, karena hartanya itu akan membuatnya membangkang. Nikahilah perempuan atas dasar agamanya. Sesungguhnya seorang hamba sahaya perempuan yang hitam legam yang memiliki kebaikan agama adalah lebih utama.“ (HR Ibnu Majah).
Sesungguhnya hadis-hadis ini menjelaskan kepada kita bahwa seorang perempuan setelah dinikahi nantinya akan menjadi ibu. Ibu berperan penting dalam sebuah keluarga. Modal dasar menjadi seorang ibu adalah penyayang dan paham Islam. Ini karena ibu adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Tanggung jawab untuk pengasuhan, pemeliharaan, dan pendidikan anak-anak berada di pundaknya. Jika ia bukan ibu yang penyayang, akan terbayang oleh kita kondisi generasi yang akan dihasilkan.
Seorang ibu harus mampu mendidik anak-anaknya dengan kasih sayang yang benar. Artinya, anak harus dididik agar mendahulukan rasa cinta dan sayang kepada Allah dan Rasul-Nya di atas segalanya. Dengan demikian, anak-anaknya kelak akan mempunyai rasa cinta dan kasih sayang yang benar pula terhadap Allah dan Rasul-Nya, serta kepada orang tua dan keluarganya. Rasa cinta seorang ibu terhadap anaknya tidak boleh menghalanginya untuk mendidik anaknya menjadi mujahid yang rela berkorban jiwa untuk Islam. Selanjutnya, seorang anak tidak akan terhalang mengorbankan miliknya yang paling berharga, yakni jiwanya untuk memperjuangkan tegaknya Islam, walaupun ia harus berpisah dengan keluarganya.
Terkait tanggung jawab kaum perempuan sebagai rabbatul bayt, yaitu sebagai pengelola dan pengatur rumah suaminya, maka Islam pun telah menjelaskannya dalam banyak hadis. Rasulullah saw. juga telah memerintahkan kepada istri-istri beliau untuk melayani beliau, “Ya Aisyah, tolong ambilkan aku minum. Ya ‘Aisyah, tolong ambilkan aku makan, Ya ‘Aisyah, tolong ambilkan aku pisau dan asahlah dengan batu.”
Di samping itu, kaum perempuan pun berperan membina, mengatur, dan menyelesaikan urusan rumah tangga agar memberi ketenteraman dan kenyamanan bagi anggota keluarga lainnya. Dengan perannya ini, berarti ia telah memberikan sumbangan besar kepada negara dan masyarakatnya. Ini karena ia berarti telah mendidik dan memelihara generasi umat agar tumbuh menjadi individu-individu yang saleh dan muslih di tengah masyarakat. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kepemimpinan perempuan ini berperan melahirkan pemimpin-pemimpin lainnya di tengah umat.
Berbahagialah, Kaum Perempuan
Saat ini, kaum feminis seringkali mengecilkan peran seorang perempuan sebagai ummun wa rabbatul bait. Menurut mereka, dengan perannya ini, kaum perempuan tidak produktif karena tidak bisa berkontribusi secara ekonomi. Sungguh ini merupakan pendapat yang salah besar. Justru ini merupakan peran dan tanggung jawab yang sangat strategis dan mulia bagi seorang perempuan. Mengapa?
Ummun wa rabbatul bait adalah tanggung jawab utama yang dipilihkan oleh Allah Al-Khalik Al-Mudabbir bagi kaum perempuan. Hanya Allah sajalah yang Maha Mengetahui tentang makhluk-Nya. Ketetapan dan pilihan Allah pasti sangat tepat untuk makhluk-Nya. Akan muncul ketenteraman dan kebahagiaan ketika seorang perempuan mampu menjalankan perannya sesuai tuntunan syariat Islam. Oleh karenanya, sudah saatnya para muslimah sadar bahwa hanya dengan Islam, ia akan mulia dan terhormat. Berbahagialah setiap muslimah dengan peran yang dipilihkan oleh Allah Swt., karena peran ini penuh keutamaan, limpahan pahala, pujian dari Allah, dan akan mendapatkan surga. Mari kita mentadaburi beberapa nas terkait hal ini.
1. Ibu mendapatkan kebaikan tiga kali lebih besar dibandingkan ayah.
Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang datang kepada Rasulullah saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi saw. menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian, kepada siapa lagi?’ Nabi saw. menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian, kepada siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian, kepada siapa lagi?’ Nabi saw. menjawab, ‘Kemudian kepada ayahmu.” (HR Bukhari).
Tentang hadis ini, Ar-Razi menuturkan, “Seorang ibu mengalami tiga fase kepayahan, mulai dari fase kehamilan, melahirkan, lalu menyusui. Oleh karena itu, ibu berhak mendapatkan kebaikan tiga kali lebih besar dibandingkan ayah.” Al-Qadhi Iyadh menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar dibandingkan ayah.
2. Surga “di bawah” telapak kaki ibu.
Sering kita mendengar ungkapan bahwa surga berada “di bawah” telapak kaki ibu. Tentu saja ini bukan makna sebenarnya. Akan tetapi ini merupakan ungkapan yang indah dan penuh makna. Ungkapan ini sering dikonotasikan kepada kewajiban seorang anak yang baik harus taat, sayang, dan berbakti kepada ibunya. Ini karena ibu telah mengandung anaknya selama sembilan bulan, melahirkan, menyusui, mengasuh, dan mendidiknya.
Sesungguhnya, Islam telah memosisikan seorang ibu pada posisi yang sangat mulia. Dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari sahabat Mu’awiyah bin Jahimah, bahwasanya ia datang kepada Nabi saw., lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku ingin berperang dan aku datang meminta petunjukmu.” Nabi saw. bersabda, “Apakah engkau memiliki ibu?” Aku menjawab, “Iya, benar.” Lalu Rasulullah bersabda, “Menetaplah dengannya, karena sungguh surga di bawah kedua kakinya.” (HR Ibnu Majah, An-Nasa’i, Ahmad, Ath-Thabrani di dalam kitab Al-Mu’jam Al-Kabir)
3. Menjalankan perannya sebagai Ummu Ajyal akan membebaskannya dari siksa neraka.
Sesungguhnya, Islam sebagai din yang lengkap dan sempurna telah menempatkan sosok ibu dalam posisi yang sangat tinggi dan tidak kalah penting dari peran kaum lelaki. Fungsi ibu bukan hanya bersifat biologis, melainkan juga bersifat strategis dan politis. Oleh karenanya, Islam juga menuntut agar kaum perempuan benar-benar menjalankan fungsi keibuan ini dengan sebaik-baiknya dan optimal. Dengan demikian, sekalipun Islam mengatur tugas dan peran kaum perempuan sebagai anggota masyarakat, tetapi tugas dan peran tersebut tidak boleh mengalahkan peran dan fungsi utamanya sebagai ummu ajyal, ibu generasi.
“Barang siapa yang mendapat ujian atau menderita karena mengurus anak-anaknya, kemudian ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anaknya akan menjadi penghalang baginya dari siksa neraka.” (HR Bukhari-Muslim dan Turmudzi).
4. Istri yang taat kepada suami akan mendapat surga.
Menjadi istri memang bukanlah tugas dan tanggung jawab yang ringan, melaksanakannya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan pemahaman yang benar terkait hak dan kewajibannya, juga kesiapan mental dan pemahaman Islam yang benar ketika ujian dan rintangan muncul silih berganti. Bahkan terkadang rasa letih dan bosan datang mendera. Tentu ini semua harus dihadapi dengan ikhlas dan penuh kesungguhan.
Seberat apa pun tugas dan tanggung jawab, bila kita lakukan dengan penuh keikhlasan, kegembiraan, harapan, serta menyambutnya dengan senyuman, niscaya akan terasa ringan. Lebih dari itu, dengan keikhlasan hati, semua jerih payah dan setiap tetesan keringat akan bernilai pahala di sisi Allah. Inilah keberuntungan di atas keberuntungan. Begitu pula jika kita melaksanakan tanggung jawab ini sebaik mungkin, niscaya suami dan anak-anak juga akan merasa senang, serta makin sayang dan cinta kepada kita.
Tentu semua itu akan menghadirkan kebahagiaan bagi kita dan keluarga di dunia. Di akhirat kelak, kita akan mendapat keberuntungan yang jauh lebih besar, karena Allah akan membalas segala upaya kita dengan balasan terbaik, yaitu surga-Nya. Rasulullah saw. bersabda, “… Dan maukah aku tunjukkan kepada kalian perempuan ahli surga? Yaitu setiap istri yang penuh cinta kepada suami, serta penyayang kepada anaknya, yang ketika suaminya marah kepadanya ia berkata, ‘Inilah tanganku berada di tanganmu. Aku tidak bisa tidur memejamkan mata hingga engkau rida kepadaku.’” (HR An-Nasa’i).
5. Senyum dan wajah berseri-seri istri akan dibalas dengan rahmat-Nya.
Ada yang mengatakan bahwa seorang istri tidak boleh lelah atau capek, apalagi sakit. Ini karena, ia adalah penyemangat suami dan anaknya ketika mereka lelah atau sedih. Ibu juga harus selalu tegar untuk anak-anaknya supaya mereka kuat menjalani kehidupan ini. Semua yang dilakukan seorang ibu atau istri bernilai pahala di hadapan Allah. Ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Rasulullah saw., “Seorang suami yang pulang ke rumah dalam keadaan gelisah dan tidak tenteram, kemudian sang istri menghiburnya, maka ia akan mendapatkan setengah dari pahala jihad.” (HR Muslim). Dalam hadis lain, Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan putus ganjaran dari Allah kepada seorang istri yang siang dan malamnya menggembirakan suaminya.” (HR Muslim).
Rasulullah saw. juga pernah berpesan kepada putrinya, Fatimah ra. agar senantiasa tersenyum dan menjaga raut wajah berseri-seri di hadapan suami. Pasalnya, senyum seorang istri terhadap suaminya memiliki ganjaran besar dari AllahTaala. Rasulullah saw. bersabda, “Wahai Fatimah, tiada seorang istri yang tersenyum di hadapan suaminya, kecuali Allah akan memandangnya dengan pandangan kasih (rahmat).”
Khatimah
Sesungguhnya Islam telah banyak mengajarkan kepada kita untuk menjalankan fungsi dan peran utama kita sebagai ummun wa rabbatul bait. Ketika kita bisa menjalankan peran ini dengan baik, maka limpahan pahala, rahmat, bahkan surga-Nya akan menaungi kita. Kita pun akan terhindar dari api neraka. Sudah seharusnya kita berbahagia dengan pilihan Allah ini.
Semoga seluruh muslimah menyadari akan besarnya tanggung jawab mereka terhadap masa depan Islam dan kaum muslim. Dengan demikian, mereka akan terdorong untuk berlomba meraih kembali kemuliaan sebagaimana para ibu pada masa Islam terdahulu. Para ibu bisa mulai membina diri mereka dengan pemikiran-pemikiran Islam dan membentuk pola sikap mereka sesuai aturan-aturan Islam. Dengan demikian, mereka akan siap menjadi pendidik dan pencetak generasi mumpuni yang akan membawa umat ini kepada kebangkitan hakiki seperti yang diinginkan. Insyaallah. Wallahualam bissawab. [MNews/YG]
source
Tulisan ini berasal dari website lain. Sumber tulisan kami sertakan di bawah artikel ini.
Comment here