Penulis: Nabila Ummu Anas
Muslimah News, KELUARGA — Setiap orang seharusnya memiliki rasa empati, tidak terkecuali anak-anak. Empati adalah kemampuan untuk mengolah rasa yang membuat anak dapat menempatkan diri di posisi orang lain, serta memahami emosi dan perasaan orang tersebut. Terlebih saat ini, banyak orang hidup dalam kesulitan dan penderitaan. Oleh karenanya, sangat dibutuhkan empati dari setiap orang, termasuk anak-anak.
Namun, atmosfer kehidupan kapitalisme telah menyeret manusia sehingga berpola hidup individual dan cuek. Mereka hanya mementingkan diri dan keluarganya sehat dan selamat tanpa peduli nasib orang lain di sekitarnya.
Oleh karenanya, harus ada upaya untuk menumbuhkan rasa empati pada diri seseorang termasuk anak-anak. Menumbuhkan rasa empati juga berarti membuat anak belajar memahami kondisi orang lain.
Empati bukan sekadar membuat anak merasa peduli, tetapi ia juga benar-benar merasakan dan memikirkan seolah dirinya berada pada situasi tersebut.
Jika Anak Tidak Punya Empati
Anak akan cenderung bersikap tidak peduli dengan kondisi di sekitarnya jika tidak ada rasa empati di dalam dirinya. Akibatnya, anak-anak tidak mau dan tidak bisa merasakan penderitaan yang dialami orang lain.
Bahkan, anak juga bisa saja tidak menunjukkan rasa menyesal setelah menyakiti orang lain. Akhirnya, anak lebih suka merendahkan, meremehkan, atau mengucilkan orang lain yang sedang mengalami kesulitan.
Hal ini harus diwaspadai. Jika hal tersebut terus-menerus terjadi pada anak, tentu akan berpengaruh pada keadaan kepribadiannya saat dewasa kelak.
Para orang tua tentu tidak menginginkan anaknya kelak berpribadian tidak peka, bahkan tidak peduli dengan musibah yang menimpa orang lain. Ini karena ia juga akan mendapatkan perlakuan yang sama dari orang lain.
Islam Mengajak Setiap Muslim untuk Berempati
Rasulullah saw. pada dasarnya juga mengajarkan umatnya untuk bersikap empati. Hal ini terdapat pada sabda beliau saw., “Perumpamaan orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh tubuhnya juga akan merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis yang lain, Rasulullah saw. juga pernah bersabda, ”Sesungguhnya, aku berdiri salat dan aku ingin memperpanjang salat. Kemudian, aku mendengar tangisan bayi, maka aku perpendek karena aku takut hal itu akan memberatkan ibunya.” (HR Bukhari).
Hendaknya orang tua mengajarkan pemahaman Islam ini kepada anak-anaknya. Ini bisa dilakukan dengan menceritakan kepada anak kebiasaan Rasulullah saw. dan para sahabatnya yang selalu saling berempati.
Keluarga muslim juga harus terbiasa menyampaikan tentang empati kepada anak-anak jika ada tetangga atau anggota masyarakat di sekitarnya yang tertimpa musibah. Kemudian, ajarkan kepada anak cara bersikap yang seharusnya.
Untuk menunjukkan rasa empatinya, anak bisa diajak mendoakan atau datang berkunjung untuk menghibur jika memungkinkan. Dapat juga dengan memberikan bantuan untuk meringankan beban orang yang tertimpa musibah tersebut.
Bersikap empati juga merupakan bagian dari kewajiban seorang muslim terhadap muslim lainnya. Rasulullah saw. bersabda, “Lima kewajiban muslim terhadap muslim yang lain adalah menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, memenuhi undangannya, menjenguk ketika ia sakit, dan mengantarkan jenazahnya.” (HR Muslim).
Anak Meneladan Sikap Empati yang Melekat pada Orang Tuanya
Orang tua seharusnya tidak sekadar menyampaikan dan menganjurkan anak untuk berempati terhadap orang yang tertimpa kemalangan. Namun, anak juga harus melihat bahwa rasa empati juga melekat pada sikap keseharian orang tuanya di rumah.
Ketika anaknya bersedih atau ditimpa masalah, orang tua harus peka dan menunjukkan sikap empatinya kepada anak. Kemudian, orang tua juga harus hadir membantu meringankan atau menyelesaikan masalah yang dihadapi anaknya. Jangan menjadi orang tua yang cuek, hanya sibuk dengan pekerjaan atau urusannya sendiri.
Begitu pula jika orang tua mendengar kabar ada tetangga yang sakit. Seharusnya orang tua pun mendoakan tetangganya tersebut dan bersegera mencari tahu bantuan yang diperlukan dan bisa diberikan kepada si sakit.
Untuk menumbuhkan rasa empati anak, mereka mutlak membutuhkan keteladanan dari orang-orang dewasa di sekitarnya, terutama dari orang tuanya. Jika empati sekadar imbauan di bibir saja, tidak akan berefek terhadap pembentukan sikap empati pada anak.
Umat Butuh Pemimpin yang Berempati
Usaha orang tua menumbuhkan rasa empati anak sejak usia dini akan berbuah manis pada kemudian hari. Akan lahir sosok muslim yang peka dan peduli terhadap sesama muslim.
Anak akan hadir di tengah masyarakat sebagai “problem solver” terhadap berbagai masalah yang menimpa umat. Jika menjadi pemimpin, ia akan menjadi pemimpin yang mencintai dan dicintai rakyatnya.
Rasulullah saw. berfirman, ”Orang-orang yang penyayang, maka mereka akan disayangi Allah. Barang siapa menyayangi yang di bumi, maka akan disayangi penghuni langit.” (HR Abu Dawud dan At-Turmidzi). Wallaahu a’lam. [MNews/YG]
source
Tulisan ini berasal dari website lain. Sumber tulisan kami sertakan di bawah artikel ini.