Pendidikan Anak

Menanamkan Adab pada Anak Sejak Dini

Penulis: Ummu Nashir N.S.

Muslimah News, PENDIDIKAN ANAK — “Ya Rabbana, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

Setiap selesai salat, bahkan dalam berbagai kesempatan, setiap orang tua tidak pernah melewatkan doa ini. Ini karena setiap orang tua senantiasa menginginkan anak-anaknya menjadi penyejuk hati orang-orang dekatnya, terutama orang tuanya.

Apa yang ada dalam benak kita ketika mendapati seorang anak yang lembut tutur katanya, sopan dan santun perilakunya, hormat dan patuh kepada orang tua dan guru-gurunya, pandangannya tidak liar, wajahnya berseri-seri? Inilah gambaran anak yang membuat senang siapa saja yang melihat dan berjumpa dengannya.

Anak adalah anugerah Allah Swt., sekaligus amanah dan titipan paling berharga yang harus dijaga, dirawat, dan dididik agar menjadi penyejuk hati.

Oleh karena itu, merupakan suatu keharusan adanya perhatian yang saksama terhadapnya agar anak-anak muslim tumbuh menjadi generasi yang berkualitas prima. Generasi berkepribadian Islam yang tangguh dan selalu menjaga sikap dan perilakunya dengan baik. Dengan demikian, mereka siap terjun dalam kancah kehidupan dengan membawa Islam di setiap langkah-langkahnya.

Hanya saja, kepribadian ini tidak bisa sempurna, kecuali jika diarahkan, dibina, dan dibimbing dari segala aspeknya. Masa paling subur bagi pembinaan kepribadian ini, baik pola pikir dan kejiwaannya adalah fase kanak-kanak.

Masa kanak-kanak mempunyai keistimewaan berupa kelenturan, kesucian, dan fitrah. Oleh karenanya, jika masa kanak-kanak ini dibangun dengan penjagaan, bimbingan, dan arahan yang baik, kelak ketika dewasa, mereka akan kukuh menghadapi berbagai guncangan.

Bimbingan atau pembinaan awal yang harus dilakukan adalah menanamkan akidah islamiah yang kukuh dan mengakar, juga kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta Al-Qur’an dan hadis-hadis Rasul.

Seiring dengan itu, pembinaan perasaan dan kejiwaan anak merupakan hal yang tidak boleh kita abaikan. Penanaman akhlak dan adab juga merupakan hal yang penting dalam proses pembinaan ini.

Banyak ulama telah membahas makna adab dalam pandangan Islam. Anas ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Akrimu auladakum wa-ahsinu adabahum.” (Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah adab mereka). (HR Ibnu Majah).

K.H. Asy’ari membuka karya tulisnya Adabul ‘Alim Wal Muta’allim dengan mengutip sabda Rasulullah saw., “Haqqul waladi ‘alaa waalidaihi an-yuhsina ismahu, wa yuhsina murdhi’ahu wa yuhsina adabahu.” (Hak seorang anak atas orang tuanya adalah mendapatkan nama yang baik, pengasuhan yang baik, dan adab yang baik).”

Penanaman Adab adalah Bagian dari Hukum Syarak

Penanaman adab pada anak merupakan hal penting dalam Islam. Mengapa? Ini karena adab merupakan bagian dari hukum syarak dan akhlak Islam. Rasulullah saw. memerintahkan agar setiap muslim menghiasi dirinya dengan akhlak mulia, baik dalam beribadah, bermuamalah dengan orang lain, maupun dalam perilaku yang sifatnya pribadi sekalipun.

Sebaliknya, syariat melarang kaum muslim berakhlak tercela. Abdullah bin Umar ra. berkata bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (Mutaffaq ‘alaih).

Lebih dari itu, Islam memerintahkan orang tua untuk menanamkan adab kepada anak sejak dini. Ini sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Apabila anak telah mencapai usia enam tahun, hendaklah ia diajarkan adab dan sopan santun.” (HR Ibnu Hibban).

“Wahai anak, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah yang ada di hadapanmu.” (HR Bukhari-Muslim). “Muliakanlah anak-anak kalian dan perbaikilah adab mereka.” (HR Ibnu Majah).

Ibnu Sunni meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa nabi Muhammad saw. pernah melihat seseorang bersama anaknya. Kemudian, Nabi saw. bertanya kepada anak tersebut, “Siapa ini?” Ia menjawab, “Ayahku.” Kemudian, Nabi bersabda, “Kamu jangan berjalan di depannya, jangan melakukan perbuatan yang dapat membuatnya mengumpatmu karena marah, dan jangan duduk sebelum ia duduk, dan jangan memanggil dengan menggunakan namanya.”

Cara Menanamkan Adab pada Anak

Perhatian besar terhadap adab memang merupakan suatu keharusan. Dengan demikian akan memunculkan akal pikiran yang efektif pada anak-anak kita. Selanjutnya dari akal pikiran yang efektif akan lahir kebiasaan, perangai, dan perilaku yang baik. Akhirnya akan melahirkan amal saleh, lalu dari amal saleh ini akan diperoleh rida Allah Taala.

Berikut kiat-kiat yang harus dilakukan.

Pertama, tanamkan akidah yang kuat dan kukuh pada anak. Dengan demikian akan tertanam keyakinan bahwa sebagai hamba Allah, kita wajib tunduk dan patuh pada ketetapan Allah. Ini karena hanya Allah yang patut diimani dan ditaati.

Melalui pendekatan ini, akan tertanam sikap keikhlasan dalam diri seseorang untuk berlaku sopan dan menghiasi diri dengan adab yang baik tersebut. Semua dilakukannya hanya karena Allah Taala. Sikap ini juga akan memberi pijakan mendasar manakala ia terancam oleh lingkungan yang kurang baik.

Kedua, tanamkan bahwa adab merupakan bagian dari akhlak terpuji dan bagian dari hukum syarak. Dengan demikian, akan tertanam dalam diri anak, bahwa jika ia menghiasi diri dengan adab yang baik, maka perilakunya akan bernilai pahala dan amal saleh sehingga ia akan memperoleh keridaan Allah Taala.

Ketiga, ajarkan keteladanan Rasulullah saw. dalam memelihara adab baik dan sopan santun, baik terhadap dirinya, seperti makan dengan tangan kanan dan tidak berdiri, cara berpakaian, dan sebagainya. Demikian pula adab terhadap orang lain, seperti berkata-kata baik dan lemah lembut, tidak kasar, tidak menyela atau memotong pembicaraan orang lain, menghormati orang tua dan orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, mendahulukan yang lebih tua, dan sebagainya.

Keempat, orang tua dan orang-orang yang terdekat dengan anak harus memberi keteladanan. Upaya menanamkan sikap sopan santun hendaknya dimulai dari orang tua dengan menjadi contoh yang baik bagi anaknya.

Apabila Anda kerap bersikap tidak sopan terhadap anak atau orang lain, anak pun tidak akan pernah memahami nilai-nilai sopan santun tersebut. Anak akan meniru kebiasaan berbicara di lingkungannya.

Oleh karena itu, sebaiknya orang tua dan seluruh penghuni rumah menjaga sikap dan lisannya. Keteladanan juga akan memberikan lingkungan yang baik bagi anak sehingga anak akan lebih mudah menemukan pola kebiasaan berperilaku dan berbicara yang baik.

Kelima, biasakan mengucapkan kalimat tayibah. Dengan kebiasaan ini, anak tidak punya kesempatan untuk mengatakan kata-kata kotor dan sia-sia.

Di antara kalimat tayibah yang bisa diajarkan, misalnya, “bismillah” untuk memulai setiap perbuatan baik, “astagfirullah” apabila anak melakukan kesalahan, “masyaallah” jika mendapatkan sesuatu yang menakjubkan, “innalillahi …” jika mendapatkan musibah, dan sebagainya.

Selain kalimat tayibah, biasakanlah anak sejak kecil untuk mengungkapkan kata-kata sopan dalam berinteraksi. Orang tua bisa memberi contoh yang baik, misalnya menggunakan kata “tolong” saat meminta bantuan anak, “terima kasih” atau mendoakan “jazaakallah/killah” saat ia sudah membantu kita, atau “maaf” saat kita berbuat salah kepadanya, dan sebagainya.

Keenam, jauhkan anak dari lingkungan yang tidak baik. Tidak diterapkannya sistem Islam memang memaksa keluarga muslim untuk ekstra hati-hati menjaga buah hatinya. Meski di rumah sudah terbentuk adab yang baik, tetapi di luar rumah belum tentu, padahal anak-anak secara alami juga membutuhkan “dunia luar” untuk belajar dan bersosialisasi.

Oleh karenanya, orang tua harus bisa mengarahkan teman bermain anaknya. Jauhkan anak dari berteman dekat dengan anak-anak yang mempunyai kebiasaan berperilaku dan berbicara buruk. Berikanlah penjelasan bijak kepada anak sehingga ia tidak protes ketika harus memilih teman.

Ketujuh, orang tua juga harus selektif memilihkan program tayangan media. Jangan biarkan anak menonton adegan kekerasan dan bersikap tidak sopan atau kasar, serta sering melontarkan kata-kata kasar.

Sebaliknya, berikan tontonan edukatif yang merangsang anak melakukan kebiasaan baik. Jika ternyata si anak kedapatan mendengar kata-kata kotor atau melihat adegan kekerasan dari media, tugas orang tua adalah menjelaskan hakikat perilaku dan kata-kata kotor tersebut dan mengajaknya untuk menjauhinya.

Kedelapan, bijak dalam memberi peringatan atau nasihat. Bila anak berperilaku atau mengatakan sesuatu yang tidak sesuai syariat, orang tua wajib menasihatinya dan memberi penjelasan dengan tepat, terutama bagi anak yang sudah mulai besar.

Ini penting untuk memunculkan sikap bersalah karena sudah melanggar ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Diharapkan anak tidak mengulanginya pada lain waktu.

Kesembilan, menciptakan lingkungan di sekitar rumah yang selalu menjaga sikap dan perilakunya. Di antaranya adalah dengan tidak membiarkan anak berinteraksi dengan anak tetangga yang mempunyai kebiasaan buruk hingga mereka meninggalkan kebiasaannya.

Amar makruf nahi mungkar kepada tetangga tentu menjadi kewajiban kita. Hanya saja harus dicari metode yang baik agar tidak menyulut konflik antartetangga. Inilah yang dimaksud kontrol sosial yang harus ada untuk menjaga pelaksanaan syariat Islam.

Khatimah

Demikian banyak pelajaran yang sangat berharga dan teladan yang dicontohkan Rasulullah saw. kepada kita semua. Penanaman adab pada anak merupakan hal yang tidak boleh disepelekan karena akan berpengaruh bagi proses pembentukan kepribadian anak pada masa mendatang.

“Seorang anak jika sudah diabaikan sejak awal perkembangannya, maka pada galibnya ia akan menjadi seorang yang buruk akhlaknya, pendusta, pendengki, pencuri, pengadu domba, serta bersifat kekanak-kanakan dan tidak bisa serius dan dewasa. Itu semua hanya bisa diatasi dengan penggemblengan yang baik.” (Imam Ghazali).

Kebiasaan berperilaku dan berbicara buruk pada anak tidak lepas dari kesalahan pola asuh orang tua, lingkungan yang tidak islami, juga sistem pendidikan yang kurang menekankan pelaksanaan syariat secara kafah, termasuk dalam perkara akhlak.

Oleh karena itu, upaya penanaman adab dan sopan santun pada anak juga harus dibarengi dengan upaya memperjuangkan syariat dan Khilafah. Dengan demikian, upaya orang tua mengemban amanah pendidikan anaknya akan selangkah lebih mudah. Wallahualam bissawab. [MNews/YG]


source
Tulisan ini berasal dari website lain. Sumber tulisan kami sertakan di bawah artikel ini.

About Author

Comment here