Penulis: Ummu Nashir
Muslimah News, FOKUS — “Mintalah oleh kalian kepada Allah ampunan dan kesehatan. Sesungguhnya, setelah nikmat keimanan, tidak ada nikmat yang lebih baik yang diberikan kepada seseorang selain nikmat sehat.” (HR Hakim).
Hadis ini menjelaskan bahwa Islam memberi perhatian yang sangat luar biasa terhadap kesehatan keluarga. Hal ini tampak ketika Islam menyandingkan kesehatan dengan keimanan, yakni nikmat keimanan dan nikmat kesehatan. Rasulullah saw. bersabda, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan disukai Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR Muslim).
Perhatian Islam terhadap Kesehatan Rakyat
Islam sebagai din yang sempurna memosisikan kesehatan sebagai kebutuhan warga negara, individu per individu, muslim maupun nonmuslim, tanpa pandang bulu. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja yang memasuki pagi hari mendapatkan keadaan aman (dalam) kelompoknya, sehat badannya, memiliki bahan makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia telah menjadi miliknya.” (HR Bukhari).
Dalam pelaksanaannya, kepala negara atau khalifahlah yang bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan semua warga negara.
Rasulullah saw. bersabda, “Imam (khalifah) yang menjadi pemimpin manusia laksana penggembala. Hanya ialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya.” (HR Bukhari).
Kewajiban ini tidak boleh diabaikan sedikit pun oleh negara. Jika ini terjadi, akan mengakibatkan mudarat bagi rakyatnya dan hal ini diharamkan oleh Islam.
Rasulullah saw. dan para khalifah setelahnya telah melaksanakan sendiri layanan kesehatan. Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bahwa Nabi saw. mendatangkan dokter untuk mengobati Ubay. Ketika Nabi saw. mendapatkan hadiah dokter dari Muqauqis, beliau saw. menjadikannya sebagai dokter umum bagi masyarakat.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas ra. bahwa serombongan orang dari Kabilah ‘Urainah masuk Islam, lalu jatuh sakit di Madinah. Rasulullah saw. selaku Kepala Negara kemudian meminta mereka untuk tinggal di penggembalaan unta zakat yang dikelola baitulmal di dekat Quba’ dan mereka diperbolehkan minum air susunya sampai sembuh. Kisah lain, Al-Hakim meriwayatkan bahwa Khalifah Umar bin Khaththab memanggil dokter untuk mengobati Aslam.
Selain itu, Khilafah tidak memungut biaya kesehatan atas rakyatnya karena itu merupakan tanggung jawabnya. Biaya kesehatan yang cukup besar akan dipenuhi Khilafah dari sumber-sumber pemasukan negara yang telah ditentukan oleh hukum Islam. Di antaranya dari hasil pengelolaan harta kekayaan umum, termasuk hutan, berbagai macam barang tambang, minyak, gas, dan sebagainya. Juga dari sumber-sumber kharaj, jizyah, ganimah, fai, ‘usyur, pengelolaan harta milik negara, dan lainnya. Itu semua lebih dari cukup untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan secara memadai dan cuma-cuma untuk seluruh rakyat.
Islam mengatur bahwa bukan hanya negara yang bertanggung jawab dalam menjaga kesehatan rakyatnya, melainkan juga individu dan keluarga muslim, tentu saja berdasarkan hukum-hukum syarak.
Keluarga Muslim Menjaga Kesehatan Keluarga
Ayah dan ibu berperan besar dalam menjaga kesehatan anggota keluarganya, khususnya ibu. Ia bertugas sebagai ummu wa rabbatul bait sehingga berperan besar dalam menjaga kesehatan keluarganya. Islam mengaturnya dalam nas-nas syarak.
Di antaranya pertama, menyusui anaknya sampai si anak berusia dua tahun.
Siapa pun memahami bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi anak, terutama dalam enam bulan pertama sejak kelahirannya. Anak membutuhkan asupan gizi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan otak dan keterampilan anak sehingga mereka menjadi lebih mahir dalam menghafal atau mengingat sesuatu. Asupan gizi yang seimbang ini mestinya sudah tersedia dalam jumlah yang cukup semenjak anak menyusu pada ibunya dalam bentuk ASI.
Pada saat menyusui, seorang ibu juga sesungguhnya sedang membentuk inteligensi dan emosional anaknya. Melalui proses menyusui, terwujud kedekatan dan muncul ikatan emosional antara ibu dan bayi. Oleh karenanya, tepatlah ketika Islam memerintahkan seorang ibu untuk menyusui bayinya hingga dua tahun lamanya.
Allah Swt. menjelaskannya secara gamblang dalam QS Baqarah ayat 233, “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.”
Kedua, membiasakan anggota keluarga menjaga kebersihan diri.
Menjaga kebersihan fisik merupakan amalan yang baik karena Islam memang memerintahkan setiap muslim untuk menjaga kebersihan tubuhnya. Rasulullah saw. bersabda, “Bersuci adalah setengah (sebagian) dari iman.” (HR Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi).
Ayah-ibu wajib memperhatikan kesehatan fisik seluruh anggota keluarganya, mengajarkan anak-anak mencintai kebersihan diri sejak dini. Mulai dari mengajarkan anak-anaknya tentang najis dan cara menyucikannya, cara berwudu yang benar sesuai tuntunan Rasulullah, dan cara mandi yang benar dan bersih sehingga terbebas dari berbagai kotoran dan penyakit.
Ketiga, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar.
Rumah adalah tempat bagi seluruh anggota keluarga berkumpul dan menghabiskan waktu bersama. Rumah yang baik adalah rumah yang bersih sehingga tidak menjadi sarang kuman dan bibit penyakit yang bisa mengganggu kesehatan keluarga. Kenyamanan untuk berada dalam lingkungan yang bersih dan sehat bisa membuat keluarga lebih harmonis karena dapat membuat seluruh anggota keluarga betah untuk menghabiskan waktu di rumah.
Rumah yang bersih dan nyaman pun akan memberikan aura positif bagi siapa pun. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. adalah baik dan mencintai kebaikan, bersih dan mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, dermawan dan mencintai kedermawanan. Maka bersihkanlah halaman rumahmu dan janganlah kamu menyerupai orang Yahudi.” (HR Tirmidzi).
Keempat, menanamkan perilaku hidup sehat pada seluruh anggota keluarga sejak dini.
Selain memerintahkan untuk menjaga kebersihan, Islam pun menganjurkan untuk hidup sehat. Kebiasaan hidup sehat tidak muncul begitu saja, tetapi merupakan perilaku yang harus ditanamkan sejak anggota keluarga masih kecil. Di sinilah betapa besarnya peran ibu dan ayah.
Islam memerintahkan kepada orang tua untuk mengkhitan anak-anaknya, misalnya. Juga menganjurkan untuk makan tidak berlebihan sehingga kekenyangan, menganjurkan untuk makan dan minum sambil berdiri, dan sebagainya. Di sinilah pentingnya peran orang tua untuk membiasakan hidup sehat pada anak-anaknya, yakni dengan meneladan Rasulullah (saw.).
Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian minum sambil berdiri. Barang siapa lupa sehingga minum sambil berdiri, hendaklah ia berusaha untuk memuntahkannya.” (HR Ahmad).
Sabdanya yang lain, “Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun, jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas.”
Kelima, menyediakan makanan halal, baik, dan bergizi bagi anggota keluarganya.
Membuat dan menyediakan makanan sehat, bergizi, dan tetap enak untuk dinikmati, serta sesuai dengan standar dari pola hidup sehat, merupakan amalan yang Allah sukai. Apalagi jika dalam anggota keluarga tersebut terdapat anak kecil atau orang yang sudah sepuh yang membutuhkan makanan khusus sesuai umur dan kondisi tubuh mereka.
Firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu; dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah.” (QS Al Baqarah: 172).
Keenam, memiliki pengetahuan tentang pengobatan walaupun sedikit.
Hal yang sangat baik jika ayah-ibu memiliki ilmu pengetahuan tentang pengobatan sederhana, terutama terkait pertolongan pertama dalam pengobatan suatu penyakit. Tidak ada salahnya untuk banyak membaca atau bertanya kepada teman atau saudara yang memiliki keahlian di bidang medis tentang pengobatan sederhana.
Di samping itu, ayah-ibu harus selalu menanamkan pemahaman yang kuat bahwa Allahlah yang Maha Penyembuh dan bahwa berobat adalah sunah. Allah Swt. berfirman “Dan apabila aku sakit, maka Dialah yang menyembuhkanku.” (QS Asy-Syu’ara: 80).
Sabda Rasul saw., “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya, dan menjadikan setiap penyakit pasti ada obatnya. Maka berobatlah kalian, tetapi jangan dengan yang haram.” (HR Abu Dawud).
Dengan pemahaman ini, setiap anggota keluarga akan bersabar dalam menghadapi sakitnya ketika Allah menghendakinya sakit, sekaligus berusaha keras mengobati sakitnya sehingga ia kelak akan sembuh.
Khatimah
Demikianlah gambaran ideal pelayanan kesehatan dalam sistem Khilafah. Fakta ketika sistem Islam diterapkan secara menyeluruh dalam kehidupan umat manusia. Telah jelas pula bahwa di samping memberikan peran kepada negara untuk menjamin kesehatan rakyatnya, Islam juga memerintahkan orang tua untuk berperan dalam menjaga kesehatan keluarganya.
Bagaimanapun, kesehatan merupakan hal penting bagi siapa pun sehingga Islam menempatkannya sebagai hak setiap warga negara. Wajar ketika saat ini negara abai akan pelayanan kesehatan bagi rakyatnya, kesulitanlah yang dialami oleh rakyatnya, baik individu maupun keluarga.
Seorang ayah maupun ibu dalam keluarga tentu saja tidak bisa untuk tidak peduli akan kondisi kesehatan anak-anaknya atau anggota keluarga lainnya. Seorang ayah maupun ibu tidak akan leluasa menjalankan perannya sebagai orang yang bertanggung jawab bagi kesehatan anggota keluarganya sebab negara menyerahkan seratus persen urusan kesehatan rakyat kepada individu.
Walhasil, tidak ada alasan untuk tetap melanggengkan penerapan sistem kapitalisme yang telah menyengsarakan rakyatnya karena pengabaian mereka terhadap urusan rakyat. Tidak ada pilihan lain, kecuali segera berusaha menegakkan Khilafah yang melayani kebutuhan asasi rakyatnya secara cuma-cuma dan berkualitas.
Hidup dalam naungan Khilafah adalah pilihan logis, di samping menjadi kewajiban bagi umat untuk mewujudkannya. Wallahualam bissawab. [MNews/Gz]
source
Tulisan ini berasal dari website lain. Sumber tulisan kami sertakan di bawah artikel ini.
Comment here